Senin, 06 Juli 2009

Dewi Sartka dan R.A.Kartini

PENDAHULUAN

Pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda hanya dapat di nikmati oleh orang – orang yang mempunyai kedudukan tertinggi saja, sedangkan di bawah itu tidak berhak mendapatkan pendidikan, apalagi untuk derajat wanita pada saat itu, jangankan untuk mendapatkan pendidikan untuk mempunyai hak yang sama seperti laki – laki pun itu di larang, oleh karena itu banyak para pejuang Indonesia yang merasa prihatin, salah satunya adalah Rd. Dewi Sartka dan R.A.Kartini yang berjuang dengan sekuat tenaga, harta, jiwa dan raga mereka untuk memperjuangkan kaum perempuan khususnya dalam bidang pendidikan .
Mereka berdua seorang wanita yang terlahir dalam keluarga yang mempunyai peranan dalam pemerintahan, akan tetapi mereka mempunyai hati yang sangat bersih sekali terutama keinginannya untuk mengangkat derajat dan harkat perempuan, terutama keluar dari belenggu adat – istiadat lama yang turun – temurun dari zaman ke zaman, wanita tidak boleh mempunyai kemauan sendiri, wanita harus mau dikawinkan dengan calon suami pilihan orang tuanya dan di haruskan mengabdi pada suami tersebut, tugas hidupnya seolah – olah hanya untuk mengurus rumah tangga saja, oleh karena itu mampu membaca, menulis, berhitung itu tidak perlu bagi kaum perempuan yang membuat perempuan menjadi terbelakang.
Meskipun Rd. Dewi Sartika dan R.A Kartini berbeda daerah provinsi tetapi mereka mempunyai tujuan yang sama dalam mengkat harkat derajat peremuan, Rd. Dewwi sartika merupakan pejuang dari daerah Jawa Barat, sedangkan R.A Kartini merupakan pejuang perempuan dari daerah Jawa Tengah .
Berbagai perjuangan dan cara masing – masing yang di lakukan oleh para pejuang perempuan tersebut agar tercapai cita- cita mereka untuk mengangkat harkat derajat perempuan. Meskipun harus sembunyi - sembunyi dalam memberikan pendidikan dan pelajaran pada kaum perempuan.
Pendidikan dan pelajaran yang diberikan oleh para pejuang perempuan itu selain pelajaran membaca dan menulis, mereka juga mengajarkan pelajaran yang seharusnya oleh perempuan seperti memasak, menjahit, menyulam dan lain sebagainya, tetapi mereka tidak bermaksud untuk menghilangkan kodrat yang seharuisnya ada pada perempuan. Para pejuang itu hanya berusaha untuk menjadikan perempuan itu agar menjadi ibu yang binangkit, kreatif dan berguna bagi keluarga, lingkungan dan negaranya, agar dalam melahirkan generasi – genersi penerus bangsa yang berkualitas.
Perjuangan mereka harus berakhir ketika yang Maha memiliki harus mengambil mereka untuk kembali pada – Nya, tetapi perjuangan hidup mereka tidak sia - sia karena mereka telah meninggalkan tinta sejarah yang sangat berarti bagi kehidupan bangsa Indonesia. Semoga kepergian mereka mendapat tempat yang mulia yang merupakan balasan dari Alloh SWT.Aamiin.
Ini harus kita jadikan contoh khususnya kaum perempuan agar dalam mencari ilmu itu kita harus bersunguh – sungguh. Karena kebebasan pada saat ini telah kita rasakan berbeda pada saat itu, kebebasan hanya dapat dinikmati oleh kaum laki- laki oleh karena itu manfaatkanlah kebebasan itu untuk hal – hal yang positif, agar disaat kita kembali pada kehidupan yang sebenarnya kita dapat meninggalkan sejarah yang berharga untuk para generasi setelah kita tiada





















Pendidikan pada Masa Pergerakan Nasional
Tokoh -tokoh dan pemikirannya

1.Sejarah Singkat R.D.Ayu dewi Sartika
Pada tanggal 4 Desember 1884,Kota Bandung,ibu Kota parahiangan,telah dianugerahi Tuhan Seorang putri yang kelak terkenal sebagai seorangan putri bangsawan yang menjadi perintis emansipasi wanita sunda pada khususnya dan wanita Indonesia pada umumnya.Dia merupakan ‘Dewi Penyelamat’bagi kaumnya karena telah mengangkat derajat Wanita Indonesia dari kebodohan .
Demikianlah pada tanggal tersebut di atas,di Kepatihan Bandung lahir seorang putri mungil Yang di beri nama Raden Ayu Dewi Sartika.Ibunya bernama Nyi Raden Ayu Radja permas.Beliau adalah putri Dalam Wiranatakusumah 1V,Bupati Bandung periode tahun 1846-1874,yang biasa di panggil ‘Dalem Bintang’.Ayahnya bernama Raden Somanagara,patih Bandung pada masa pemerintahan Bupati R.A.A. Martanagara.Rd.Somanagara adalah putra Hoofd Jaksa Bandung bernama Raden Demang Suriadipraja.Mereka adalah keturunan bupati Karanganyar. Sejak kecil pada diri Rd.Dewi Sartika sudah tanpak sifat-sifat istimewa yang berbeda dengan sifat anak –anak perempuan lainnya pada masa itu.Ia seorang anak rajin, suka kepada segala sesuatu yang baru, dan telah tanpak pula sifat-sifat kepemimpinannya. Meskipun pada masa itu masyarakat wanita Sunda terikat oleh adat lama yang tidak mengijinkan anak-anak perempuan masuk sekolah, tetapi Rd.Dewi Sartika oleh orang tuanya dimasukan ke sekolah Belanda, yaitu ELS (Europeesche Lagere School). Di sekolah ia termasuk ke dalam golongan murid yang maju, sungguh-sungguh damal belajar dan disukai oleh teman-temannya. Sayang Rd.Dewi Sartika tidak dapat menamatkan sekolahnya ( hanya sampai kelas 3 ).
Rd.Dewi Sartika terpaksa harus meninggalkan sekolahnya karena musibah telah menimpa ayahandanya.Rd.Somanagara,ayah Rd.Dewi Sartika telah di tuduh sebagai pelopor pemberontakan yang akan menggulingkan kedudukan Bupati Bandung masa itu yang bukan keturunan bangsawan Bandung, melainkan keturunan bangsawan Sumedang.Putusan jatuh, bahwa Rd.Somanagara harus menjalani hukuman buangan ke Ternate.Hukuman tersebut dijalani bersama istrinya sampai beliau wafat disana. Terhadap peristiwa yang menimpa diri Rd.Somanagara ini, versi lain menyebutkan bahwa Rd.Somanagara dibuang ke Ternate karena dituduh sebagai pimpinan pemberotakan melawan ketidakadilan pemerintah feudal kolonial Belanda.Komplotan pemberontak itu terbongkar setelah sebuah bom diketemukan di bawah panggung pacuan kuda di Tegallega Bandung,dimana para pembesar kolonial Belanda akan hadir menyaksikan pacuan kuda tersebut. Sementara pengusutan berlangsung.,Rd. Somanagara dipindahkan kemangunreja, periangan timur sebagai patih yang berdiri sendiri. Akhirnya putusan jatuh, bahwa Rd Somanagara dinyatakan bersalah Oleh pemerintah kolonial belanda, dan sejak itu ( tahun 1892) beliau dibuang ke ternate sampai beliau meninggal di sana.
Sepeninggal ayahnya, Rd. Dewi Sartika dipelihara oleh uwanya, patih cicalengka yang biasa dipanggil Aria cicalengka. Oleh uwanya ia dididikdan dibekali bermacam-macam ilmu pengetahuan yang perlu untuk perempuan.Ia merasa bangga karena pada waktu itu ia merupakan satu-satunya diantara wanita-wanita dilingkunganya yang sudah pandai membaca dan menulis. Oleh karena itu ia seringkali diminta pertolongan oleh keponakan-keponakanya untuk menulis surat atau membaca surat.
Melihat kenyataan kehidupan gadis-gadis dan kaum wanita dilingkungannya itu. Rd. Dewi sartika mulai berpikir bahwa bila mereka dibiarkan bodoh, hal itu dapat membahayakan bagi kaum wanita itu Sendiri. Oleh karena itu Rd. Dewi sartika berniat untuk membantu anak-anak gadis belajar membaca menulis dan membaca. Makin lama makin kelihatan pembawaanya untuk ‘’mendidik’’ anak-anak. Secara sembunyi sembunyi Rd.Dewi sartika sering memberikan pelajaran membaca dan menulis kepada anak-anak pelayan kepatihan dan teman-teman gadisnya, dengan pecahan genting sebagai sabaknya dan arang sebagai kapurnya. Hasil cukup memuaskan, beberapa orang anak bias membaca dan menulis,padahal ‘’gurunya’’ baru berusia 10 tahun.Ini sungguh merupakan suatu kejutan, sehingga menjadi buah mulut orang, sebab pada waktu itu jangankan anak - anak rakyat biasa, istri-istri kaum bangsawan pun pada umumnya masih banyak yang buta huruf.
Waktu menginjak masa remaja Rd. dewi sartika kembali tinggal bersama ibunya dibandung.Semula Rd. dewi sartika oleh uwanya akan dijodohkan dengan putra sulungnya. Tetapi ia menolak secara halus maksud uwanya itu dengan alasan ingin mendampingi ibunya yang baru kembali dari pengasingan di Ternate. Padahal maksud sebenarnya ia ingin bebas memilih sendiri calon suaminya sedangkan tujuan utamanya ia ingin melaksanakan cita-citanya mengangkat derajat kaum wanita dengan jalan memajukan pendidikannya.
Pengalaman hidupnya yang pahit sebagai anak orang buangan dan disekitarnya, dimana kaum wanita tidak dibetri kesempatan untuk mengejar kemajuan, serta penderitaan hidup yang dialami oleh ibunya, merupakan dorongan yang kuart bagi timbulnya ide Rd. Dewi sartika, bahwa ‘’wanita tidak boleh hanya bergantung kepada suami, keluarga atau kebaikan orang lain, tetapi wanita harus dapat berdiri sama tinggi duduk sama rendah dengan kaum pria, kalau perlu melebihi kaum pria asal tidak meninggalkan kodratnya sebagai wanita.
Atas bantuan bupati Bandung R.A.A, Marta negara, cita – cita Rd.Dewi sartika dapat dilaksanakan .pada tanggal 16 januari 1904 didirikanlah sebuah sekolah bertempat di pasebanan kulon, komplek pendopo kabupaten Bandung dengan nama “sakola istri”.pada tahun 1906 Rd. Dewi sartika menikah dengan Rd. kaduruan Agah suriah winata, guru sekolah “karang pawulang “keluaran hulpactedan masih familinya. Dengan demikian keluarga Rd. Dewi sartika keluarga yang pendidik.semua tenaga, pikiran bahkan harta yang dipunyai oleh Rd. Dewi sartika seluruh dicurahkan untuk kepentingan pendidikan. Dalam melakukan usahanya itu Rd. Dewi sartika mendapat bantuan penuh dari suaminya,suaminyalah yang menjadi pembina didalam mengelola sekolah tersebut sehingga pendidikannya maju dengan pesat.
Rd. Dewi sartika menginginkan kaum wanita harus mencapai kemajuan dalam segala bidang tanpa melakukan kodratnya, agar senantiasa menjadi istri binangkit Ibu teladan yang penuh dengan kesabaran, ramah dan riang baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Untuk mencapai tujuan itu Rd. Dewi sartika telah mengorbankan segalanya baik pikiran, tenaga maupun harta. Misalnya pada waktu itu benar- benar kekurangan biaya, maka Rd. Dewi sartika berani menggadaikan kalung perhiasannya, semata - mata untuk biaya penyelenggaraan pameran di sekolahhya. Bahkan rumah beliau pun yang terletak di kebuon kalapa ( sekarang terminal bus ) dijual dan dibelikan pada sebidang tanah untuk mendirikan bangunan sekolah .sedangkan beliau sendiri menempati rumah kontrakan .
Demikian ketulusan dan keihlasan serta Dharma bakti Rd. Dewi sartika dalam membinasekolah untuk kemajuan pendidikan. wanita sunda ( Jawa Barat ) pada khususnya dan pendidikan rakyat Indonesia pada umumnya, sehingga pada akhir riwayat pun beliau tidak mempunyai rumah lagi.
Atas jasa – jasanya dalm lapangan pendidikan bagi anak – anak gadis dalam rangkausah meningkatkan harkat derajat kaum wanita Indonesia pada tingkat yang lebih baik, pada ulang tahun beliau yang ke- 25, yaitu pada tahun 1929, Rd. Dewi sartika di anugrahi tanda jasa “Bintang perak”oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dan pada tahun 1934 untuk sekolahnya diberi gedung baru yang berlokasi di jalan kebon cau.
Pada tanggal 16 januari 1939, Rd.Dewi sartiaka menghadiri ulang tahun sekolahnya yang ke –35 .perayaannya mendapat sambutan baik dari warga masyarakat Jawa Barat khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya bahkan pemerintah waktu itu. Akan tetapi enam bulan kemudian pada tanggal 25 juli1939 ia terkerna musibah suaminya meninggal dunia, walupun demikian Rd. tidak patah semangat ,beliau terus melanjutkan perjuangannya untuk mendidik kaum wanita sehingga pdatahun 1940 Rd.Dewi sartika mendapat jasa kerajaan sebagai “ Ridder in the orde van oranje nassau”untuk pengabdianya sebagai pendidik pertama untuk anak gadis.
Selain mendidik anak gadis Rd. juga sering di undang organisasi – organisasi kewanitaan untuk mengisi ceramah tentang pendidikan dan emansipasi wanita, dan itu hanya banyak dilakukannya di Jawa Barat, akan tetapi ia pernah di undang ke tegal di sekolah kartini semarang dan pernah mengisi kongres ceramah di Surabaya.
Ketika Belanda menyerah kalah kepada Jepang pada tanggal 8 maret 1942. pada saat itu keadaan pusat pemerintahan di Jawa Barat menjadi sangat genting. Dalam keadaan demikian sekolah Rd. Sewi tidak luput dari pengedoran bala tentara Jepang..Akhirnya sekolah yang dibangunnya dengan susah payah pada tahun 1904 mengalami pembekuan bahkan diambil alih oleh Jepang dan semua guru – guru yang mengajar di situ di berhentikan dan digantikan oleh guru- guru dari pemerintahan Jepang. Sejak saat itu ia tidak sanggup lagi untuk membimbing anak di aekolahan karena sering sakit.
Sejarah terus berlalu ,sampai akhirnya Indonesia terlepas dari belenggu penjajah dan merebut kembali kemerdekaan.begitu pula dengan di Jawa Barat peristiwa “Bandung Lautan Api” pada tanggal 24 maret 1946 sebagai reaksi perjuangan bangsa Indonesia menentang agresi sekutu dan nica. Rd. Dewi Sartika dan keluarganya mengungsi keluar kota Bandung. Mula- mulanya beliau ke leuwi panjang terus ke Ciparay. Dalam keadaan sakit beliau terus mengungsi bersama anak,menantu dan cucunya mengungsi ke Garut. Beliau tinggal di hotel ngamplang. Karena keadaan yang memaksa meskipun beliau dalam keadaan sakit memaksakan untuk mengungsi lagi ke Ciamis dan sampai di Cinean di lereng gunung . karena sakit beliau semakin keras beliau terpaksa di bawa kermah sakit terdekat yaitu Rumah sakit Cineam dalam perawatan Dr.Sanitioso, pada tanggal 11 september 1947 jam 09.00 pagi Raden Dewi sartika meninggal dunia.dan pada tahun 1951 makamnya dipindahkan ke makam keluarga yaitu makam para Bupati Bandung di jalan karang Anyar Bandung.

2. Sejarah singkat R.A Kartini
R.A Kartini dilahirkan pada tanggal 21 April 1879 di mayong kabupaten Jepara, sebagai putra kelima putra dari Rd. Mas Adipati Ario Sostroningrat,Bupati jeparayang memerintah dari tahun 1880 – 1905 salah seorang bupati yang pertama kali mendapatkan pendidikan barat, Ibunya bernama Mas Ajeng ngasirah, putrid dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Madironoseorang guru dan ahli agama di Desa Teluk Awur Jepara kartini mendapati pendidikan sampai tamat ELS ( Europeesche lagere School) yang merupakan sekolah dengan pengantar bahasa Belanda di Jepara dan tidak berhasil melanjutkan pelaran ke HBS.semarang karena dilarang oleh ayahnya. Pada waktu kartini sudah berumur 12 tahun yang sudah di anggap “ remaja Putri “ suatu usia yang mulai menurut adat harus di “pingit”, selam abersekolah kartini mendapat teman – teman orang Belanda dan berkenalan dengan alam pikiran dan pengetahuan Barat. Dengan bertambah usia dan pengetahuan yang diperolehnya melalui membaca menimbulkan keyakinan pada dirinya betapa rendah kedudukan kaumnya.
Putri bangsawan wajib membimbing dan memimpin kaum wanita mencapai kemajuan.Kartini sebenarnya ingin mengikuti jejek temannya Lessy untuk meneruskan pelajaran kesekolah guru di Negeri Belanda,akan tetapi tidak tidak terlaksana, Ia bercita – cita ingin menjadi guru bagi para anak Bupati, tetapi usul Abendanon itu untuk mendirikan sekolah itu di tolak oleh pemerintah Belanda atas desakan para Bupati yang merasa keberatan.Di dalam Kabupaten Jepara ia mendapat ruang kerja sendiri, temapat membaca buku dan menulis surat kepada kenalannya yang kebanyakan mempunyai kedudukan didalam masyarakat. Diantara teman – teman kartini yang telah ia kirimi surat adalah orang Belanda terpelajar yang tergolong kelompok etis di dalam pemerintahan seperti J.H.Abendano, Direktur Dept.Pendidikan,pemimpin partai social Demokrat pankol, penginjil daerah Toraja N. Andriani.
Surat kartini menunjukan persahabatannya yang dalam dan cita- cita untuk membebaskan kaum wanita dari keterbelakangan di bidang pendidikan serta penentangan terhadap adat kuno yang menghambat kemajuan wanita. Dalam surat – suratnya di bicarakan tentang pergaulan dalam lingkungan ,keadaan rakyat yang terbelakang dan sengsara adat – Istiadat kuno seperti pemberian hormat dan pingitan terhadap anak gadis, perkawinan yang merendahkan derajat wanita, ia juga mengecam pejabat Belanda yang tidak menaruh perhatian terhadap rakyat banyak, hanya menaruh hormat pada para Bupati serta menunda – nunda perluasan pendidikan bagi orang bumi putra karena dianggap membahayakan kedudukan pemerintah hindia Belanda. Surat – surat yang dikiraim pada sahabatnya itu di bukukan dengan nama “Van Duisternis tot licht” yang diterjemahkan pada bahasa Indonesia yaitu “habis gelap terbitlah terang”. Sebelum menikah ia mulai menjalankan apa yang ia cita- citakan mendirikan sekolah kecil – kecilan di dalam kabupaten untuk anak pegawai negri. Masa pingitan kartini berakhir ketika ia akan dikawinkan dengan raden Adipati Ario Joyodiningrat, Bupati lembang pada tanggal 2 nopember 1903. sebagai Rd. Ayu Bupati lembang ia tetap bertekad untuk melaksanakn cita – citanya yang juga ternyata dibantu juga oleh suaminya kurang lebih setahun setelah menikah, kartini meninggal setelah melahirkan putranya yang pertama pada tanggal 17 september 1904.
Ia dimakamkan di paserean keluarga di desa Bulu, kurang lebih 22 km dari selatan Rembang. Pada tahun 1921 didirikan Fonds kartinidi Denhag untuk membiayai “ Sekolah Kartini dengan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar, yang telah didirikan di Semarang Jakarta, Malang, Bogor. Pada tahun 1912 telah di buka sekolah kartini yang pertama di semarang atas dorongan Mr. Deventer.

3. Pergerakan wanita
ٍٍ Sebagai realisasi dari cita – cita kartini dalam memajukan pengajaran bagi anak , perempuan. Maka timbullah pergerakan wanita yang awalnya hanya perkumpulan kecil biasa, perkumpulan wanita ini didirikan sebelum tahun 1920 pada dasarnya masih terbatas sifat dan tujuannya yaitu menuju perbaikan kedudukan wanita dalam perkawinan dan hidup keluarga serta memper tinggi kecakapan sebagai ibu pemegang rumah tangga . Caranya yaitu menambah pengajaran, memperbaiki pendidikan dan mempertinggi kecakapan khusus untuk wanita.
Perkumpulan yang telah didirikan yaitu “ putrid mardika” di Jakarta pada tahun 1912 dengan bantuan Budi Utomo yang bertujuan untuk memajukan pengajaran anak – anak perempuan dengan memberikan penerangan dan sokongan uang, memprtinggi sikap merdeka dan tegak dan melenyapkan tidak malu – maluyang melampaui batas.
Perkumpulan “keutaman istri” merupakan perkumpulan di tanah pasundan yang didirikan oleh Rd. Dewi sartika, yang bertujuan untuk mengadakan rumah sekolah untuk anak perempuan. Pada tahun 1913 di Tasik Malaya,1916 di Sumedang dfan di cianjur, 1917 di Ciamis, 1918 di Cicurug.
Selain itu juga didirikan perkumpulan kaum ibu yang bertujuan untuk memajukan kecakapan wanita khususnya seperti memasak, menjahit, merenda,pemeliharaan anak. Perkumpulan ibu – ibu tersebut salah satunya adalah “Pawiyatan Wanita”, di magelang pada tahun 1915 dan “wanita hadi” di Jepara, “wanita susilo”di pemalang pada tahun 1918 dan masih banyak lagi organisasi- organisasi perkumpulan lainya seperti Aisyiah yang merupakan kumpulan wanita yang bersifat agama, sapa tresna dan kerajinan Aman setia
Perkumpulan wanita yang didirikan setelah tahun 1920 dibagi menjadi tiga golongan yaitu:
1. perkumpulan wanita yang merupakan bagian dari partai politik seperti PKI, SI ( bagian dari ini adalah wanudiyo utomo ), Muhamadiyah ( bagian dari inim adalah Aisyiah ), Sarekat Ambon ( bagian dari ini adalah Ina tumi ).
2. Perkumpulan dari para wanita terpelajar yang bertujuan untuk menyebarkan pengetahuan dan kepandaian yang khusus misalnya “wanita Utomo” dan “wanita Mulyo” yang didirikan di yogyakarta pada tahun 1920, ”Putrid Budi Sejati “di Surabaya dan sebagainya.
3. Organisasi pemudi terpelajar yang merupakan bagian dari perkumpulan pemuda yang sudah berdiri misalnya “ Putri Indonesia” ( bagian dari wanitadari pemuda Indonesia ).
Setelah organisasi itu semua terkumpul mereka mengadakan kongres I yang diadakan oleh wakil – wakil dari tiga golongan organisasi tersebut seperti Ny. Sukanto dari Wanita Utama, Nyi Hajar Dewantara dari taman siswa yang merupakan bagian dari wanita, kongres tersebut diadakan di yogyakarta pada tanggal 22 – 25 Desember 1929. tujuannya untuk mempersatukan usaha dan cita – cita untuk memajukan wanita Indonesia, mengadakan gabungan atau perikatan diantara perkumpulan wanita.
Dalam rapat terbuka tersebut dibicarakan soal nasib wanita dalam perkawinan dan keluarga, poligami dan sebagainya. Hasil kongres itu adalah terbentuknya gabungan ( federasi ) perkumpulan wanita yang dinamakan “perikatan perempuan Indonesia ( PPI) yang di pimpin oleh Ny. Sukanto dengan tujuan nya yaitu memberikan penerangan dan perantara kepada perkumpuilkan yang menjadi anggota, mendirikan dana belajar untuk anak perempuan yang pandai tetapi tidak mampu , berusaha mengadakan kursus kesehatan,menentang perkawinan anak – anak dan memejukan kepandaian bagi anak- anak perempuan.
Selain itu dalam kongres juga memutuskan bahwa pada tanggal 22 Desember menjadi peringatan “hari ibu” dengan menyatakan bahwa peringatan hari ibu tiap tahun dan diharapkan dapat memberikan kesadaran akan kaum wanita Indonesia akan kewajibannya sebagai ”ibu bangsa”.


























KESIMPULAN
Pendidikan kaum wanita pada zaman penjajahan begitu sangat terbelakang sekali, sebab pendidikan pada saat itu hanya bisa dinikmati oleh orang – orang yang memiliki jabatan dalam pemerintahan saja, apalagi untuk anak perempuan selain karena penjajahan juga adat – istiadat yang mengakar dalam kehidupan pada masa itu adalah adanya keepercayaan bahwa perempuan itu tidak harus mampu membaca, menulis, berhitung, dan keahlian lainnya. Menurut mereka perempuan itu hanya memiliki satu kewajiban saja yaitu mengabdi pada suami setelah mereka menikah, dengan suami yang dipilihkan oleh orang tuanya.
Keadaan bangsa Indonesia pada saat itu sangat menyedihkan sekali apalagi untuk kaum perempuan, Oleh karena itu, sampai datanglah dua pejuang perempuan yang sangat mulia sekali mereka berdua berkeinginam untuk membangkitkan kaum perempuan pada kemajuan dan menjauhkan mereka dari adat – istiadat yang membawa mereka pada keterbelakangan.
Para pejuang itu adalah Rd. Dewi Sartika yang berasal dari daerah Jawa Barat dan R.A. Kartini yang berasal dari Jawa Tengah, meskipun merekaberdua berbeda daerah, tetapi mereka mempunyai tujuan yang sama yaitu memajukan perempuan khususunya di bidang pendidikan. Karena menurut mereka perempuan yang berpendidikan akan melahirkan para generasi bangsa yang berkualitas pada suatu saat nanti. Meskipun kehidupan wanita itu erat kaitannya dengan rumah tangga akan tetapi wanita yang berpendidikan dalam mengurus runmah tangganya akan berbeda dengan orang yang tidak merasakan pendidikan.
Perjuangan yang mereka lakukan dengan cara tersendiri agar cita- cita mereka itu tercapai untuk memajukan perempuan, hingga tiba saatnya mereka berkumpul semua dalam suatu perkumpulan yang mempunyai tujuan sama yaitu memajukan perempuan yang dinamakan “perikatan perempuan Indonesia “. Dalam perkumpulan tersebut banyak sekali dibahas mengenai masalah perempuan dan berbagai solusinya. Bahkan dalam kongres itu juga telah ditetapkan tanggal yang dikhususkan untuk memperingati hari ibu yaitu pada tanggal 22 Desember yang bertepatan dengan awal pertama kali kongres tersebut mengadakan pertemuan.

RESUME
Menenai tokoh pergerakan Indonesia
R.A KARTINI DAN DEWI SARTIKA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah SPU
pada tanggal 21 maret 2007 di semester dua jurusan PAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar