Sabtu, 02 Mei 2009

pendidikan aqidah dikeluarga

MAKALAH
PENDIDIKAN AQIDAH DALAM KELUARGA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Pada mata kuliah
Pendalaman PAI di Keluarga













KELOMPOK V PAI - C – VI
Elis Kuraesin 206200160
Eulis Nuryanti Sinthya 206200176
Gilang Gumilang 206200186
Gingin 206200189



FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2009


BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan keluarga merupakan pendidikan dasar bagi pembentukan jiwa anak. Orang tua berperan untuk membentuk arah keyakinan anak-anak. Karena setiap bayi dilahirkan atas kefitrahan tauhid serta aqidah keimanan terhadap Allah s.w.t. dilahirkan bersih dan suci sehingga sudah memiliki potensi untuk beragama, namun bentuk keyakinan agama yang akan dianut anak sepenuhnya tergantung dari bimbingan, pemeliharaan dan pengaruh kedua orang tua mereka.
Konsep dasar pendidikan keluarga islam dalam akhlak termasuk ketauhidannya masalah beribadah dan risalah maka konsep-konsep tauhid dalam keluarga karena sebagaimana risalah utama Nabi adalah “Tidaklah aku di utus melainkan untuk menyempurnakan akhlak”. Pendidikan awal seorang anak dimulai dari rumah, Peranan keluarga untuk mendidik anak-anak amat besar dan kesalahan dalam mendidik akan mendatangkan kesan yang tidak baik kepada kehidupan anak-anak. Apabila pendidikan dari rumahnya sudah baik, kemudiannya dibiarkan anak-anak itu bergaul dengan golongan yang baik-baik, orang mukmin yang terpelajar, kelak apabila ia dewasa, anak-anak ini akan menjadi insan yang berguna dan mempunyai keimanan yang kukuh, akhlak yang terpuji serta pendidikan yang baik, begitu pula sebaliknya.
Apabila kita membicarakan tentang pendidikan keagamaan, sudah pastilah kita akan membahas soal yang berkaitan dengan pendidikan keimanan anak. Sehingga dalam konteks ini, penyusun akan membahas tentang seberapa besar peranan keluarga dalam pendidikan aqidah sebagaimana firman Allah "Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian dari siksa api neraka, yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu" (QS. At Tahrim: 6).
Jika disusunkan maka permasalahn yang berkaitan dengan peranan keluarga dalam pendidikan aqidah adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian pendidikan aqidah (keimanan) dikeluarga dalam islam?
2. Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran
3. Metode apa yang digunakan untuk mendidik aqidah dalam keluarga?



BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Pendidikan Aqidah dikeluarga
Kata pendidikan menurut etimologi berasal darikata dasar didik. Apabila diberi awalan me- menjadi mendidik maka akan membentuk kata kerja yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran). Sedangkan istilah pendidikan dalam konteks Islam telah banyak dikenal dengan menggunakan term yang beragam, sepertiat-Tarbiyah, at-Ta’lim dan at-Ta’dib.
Menurut Hasan Langgulung, (1985:3) Pendidikan dalam arti luas yaitu merubah dan memindahkan nilai kebudayaan kepada setiap individu dalam masyarakat yang baik melalui pengajaran, latihan introveksi diri ( melibatkan orang untuk meniru atau mengikuti apa yang diperintahkan orang lain).
Dalam al-Qur’an Allah memberikan sedikit gambaran bahwa at-Tarbiyah mempunyai arti mengasuh, menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membuat, membesarkan dan menjinakkan. Hanya saja dalam konteks al-Isra maknaat-Tarbiyah sedikit lebih luas mencakup aspek jasmani dan rohani,sedangkan dalam surat asy-Syura hanya menyangkut aspek jasmani saja.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan keluarga adalah proses transformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan prilaku yang penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
Keluarga adalah sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat yang merupakan lingkungan budaya pertama dan utama dalam rangka menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilaku yang dianggap penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
Konsep dasar pendidikan islam yang pertama tauhid beserta pengertian tentang hakikat, sifat-sifat Allah terhadap individu dan kebiasaanya perlu ditanamkan agar anak-anak yang dididik dalam langkah keluarga itu menyadari bahwa Allah maha kuasa, dan karena kemahakuasaan Allah itu, hanya Allahlah yang patut disembah jangan menyekutukan Allah. Baik penyimpangan atas sunnahnya, dengan pendidikan tauhid akan tumbuh generasi yang sadar sifat ilahiah.
Dalam sebuah keluarga pelajaran pertama yang diperoleh seorang manusia adalah mencintai, menghormati, mengerti,, menaruh kesetiaan dan ketaatan, serta melaksanakan nilai-nilai normal. Karena ajaran yang harus diberikan itu sesuai dengan fitrahnya. Fitrah manusia adalah untuk mengikuti adanya kekuatan yang maha besar, yang mengukur alam semesta ini dan menguasai diri.
Dalil dalam Q.S Al-Luqman yaitu dilarang mempersekutukan Allah karena mempersekutukan berarti berbuat dzalim. Manusia tidak hanya menyembah dewa-dewa dan Mengajarkan Al Qur’an bukan sekedar membaca lafadh-lafadhnya dan menghapalkannya, namun melalaikan makna-makna yang terkandung di dalamnya. Seharusnya kita mengajarkan Al Qur'an dengan disertai keterangan yang mencukupi.
Salah satu sejarah yang bisa kita jadikan pelajaran bagi pendidikan anak Islam yang merupakan buah dari terasanya kecerdasan dan kepekaan terhadap kandungan makna Al Qur’an adalah kisah pendidikan Mush’ab bin Sa’ad bin Abi Waqqashsifat-sifat khayalan belaka.

B. Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran
Al Imam Al Hafidh As Suyuthi berkata: “Mengajarkan Al Qur’an pada anak-anak merupakan salah satu dari pokok-pokok Islam agar mereka tumbuh di atas fitrahnya dan agar cahaya hikmah lebih dahulu menancap pada hati-hati mereka sebelum hawa nafsu dan sebelum hati-hati mereka dihitami (dipenuhi) oleh kekotoran maksiat dan kesesatan” (Manhajut Tarbiyatun Nabawiyyah lith Tifl 104). (Abdurrahman Saleh, 1994: 39)
a. Hubungan fitrah manusia dengan proses pendidikan
Makna kata fitrah dalam Al-Quran banyak menunjukan pengertian sang pencipta. Dan menurut sebagian ulama tak ada pengertian yang hakiki tentang makna fitrah ini. Namun dalam salah satu ayat fitrah ini mengisikan maknanya pada agama (din). Q.S Arrum :30
         ••             ••   
“ Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Keterangan :Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.

b. Hubungan Fitrah dengan agama
Merupakan makna yang saling melengkapi, penekanan makna hakekat fitrah yaitu merupakan perjanjian kesaksian Allah dengan manusia agar berbuat baik dan adil. QS. Al-Isra :17.
              
.” dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. dan cukuplah Tuhanmu Maha mengetahui lagi Maha melihat dosa hamba-hamba-Nya.”
Yang terpenting dalam makna fitrah, fathara ini merupakan pokok utama ajaran seperti halnya tauhid sebagai fitrah ini merupakan sinonim dari tauhid. Setiap manusia memiliki kecenderungan untuk bertauhid. Konsep fitrah juga menuntut tujuan pendidikan pendalaman islam itu mengatakan mendekatkan demi tertujunya ikatan manusia dengan Allah.

C. Metode Pembinaan Rasa Beragama
a) Metode hiwar Qurani dan nabawi
Hiwar adalah (dialog) percakapan silih berganti antara pihak atau lebih mengenai suatu topic, dan dengan sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang dikehendaki (oleh guru). Hiwar mempunyai dampak yang dalam bagi pembicara dan juga bagi pendengar pembicaraan itu. Disebabkan:
• Dialog itu berlangsung secara dinamis karena kedua pihak terlibat langsung pembicaraan : tidak membosankan, saling memperhatikan.
• Pendengar tertarik untuk mengikuti pembicaraan itu karena ia ingin tahu kesimpulannya.
• Metode ini dapat membangkitkan perasan dan menimbulkan kesan dalam jiwa, yang membantu mengarahkan seseorang menemukan sendiri kesimpulannya.
• Bila hiwar dilakukan dengan baik, memenuhi akhlak tuntutan islam, maka cara berdialog, sikap orang yang terlibat, itu akan mempengaruhi peserta sehingga meninggalkan pengaruh berupa pendidikan akhlak, sikap dalam berbicara, menghargai pendapat orang lain.
b) Metode kisah Qurani dan nabawi
Dalam pendidikan islam terutama pendidikan islam, terutama pendidikan agama islam kisah sebagai metode pendidikan amat penting. Karena :
• Kisah selalu memikat karena mengundang pembaca atau pendengar untuk mengikuti peristiwanya, merenungkan maknanya.
• Kisah nurani dan nabawi dapat menyentuh hati manusia karena kisah itu menampilkan tokoh dalam konteksnya yang menyeluruh.
• Kisah Qurani mendidik perasaan keimanan dengan cara
 Membangkitkan berbagai perasaan seperti khauf, ridho dan cinta
 Mengarahkan seluruh perasaan sehingga bertumpuk pada suatu puncak, yaitu kesimpulan kisah.
 Melibatkan pembaca atau pendengar kedalam kisah itu sehingga ia terlibat secara emosional.
c) Metode amstal (perumpamaan)
Adakalanya tuhan mengajari umat dengan membuat perumpamaan, misalnya dalam surat Al-Baqarah ayat 17 : “perumpamaan orang-orang kafir itu adalah seperti orang yang menyalakan api. Cara seperti ini juga digunakan guru dalam mengajar. Kebaikan metode ini yaitu:
• Mempermudah siswa memahami konsep yang abstrak ; ini terjadi karena perumpamaan itu mengambil benda kongkrit seperti kelemahan tuhan orang kafir diumpamakan dengan sarang laba-laba.
• Perumpamaan dapat merangsang kesan terhadap makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut.
• Merupakan pendidikan agar bila menggunakan perumpamaan haruslah logis mudah dipahami.
• Amstal Qurani dan Nabawi memberikan motivasi kepada pendengarnya untuk berbuat amal baik dan menjauhi kejahatan.
d) Metode teladan
Pedoman itu memang diperlukan karena pendidik tidak dapat bertindak secara alamiah saja agar tindakan pendidikan dapat dialukan lebih efektif dan efisien. Disinilah teladan merupakan salah satu pedoman bertindak.
Murid-murid cenderung meneladani pendidiknya: ini diakui oleh semua ahli pendidikan, baik dari Barat maupun dari Timur. Dasarnya ialah secara psikologis anak memang senang meniru, tidak saja yang baik, yang jelekpun ditiru.
Sifat anak didik itu diaku dalam islam. Umat meneladani Nabi: nabi meneladani Al-Quran. Aisyah pernah berkata bahwa akhlak Rasul Allah itu adalah Al-Quran.
Dari contoh diatas dapat diambil konsep sebagai berikut.
a. Metode pendidikan islam berpusat pada keteladannya. Yang member keteladanan itu guru, kepala sekolah dan aparat sekolah.
b. Keteladanan untuk guru-guru ialah Rasullullah. Guru tidak boleh mengambil tokoh-tokoh yang diteladani selain Rasul Allah.
e) Metode pembiasaan
Yaitu berintikan pengalaman, inti pembiasaan ialah pengulangan. Karena pembiasaan berintikan pengulangan, maka metode pembiasaan juga berguna untuk menguatkan hafalan. Rasullullah berulang-ulang berdoa dengan doa yang sama. Akibatnya dia hafal benar doa itu, dan sahabatnya yang mendengar doa yang berulang-ulang juga hafal doa itu.

f) Metode ibrah dan mau’izah
Ibrah yaitu suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadiri, dengan menggunakan nalar. Mau’izah ialah nasihat yang lembut yang diterima oleh hati dengan cara menjelaskan pahala atau ancamannya.
Menggunakan ibrah dalam Quran dan sunnah berbeda-beda sesuai dengan ibrah itu sendiri. Pengambilan ibrah dari kisah hanya akan dapat dicapai oleh orang yang berfikir dengan akal dan hatinya.
Nasihat yang menggetarkan hati hanya mungkin bila :
 Yang memberi nasihat merasa terlibat dalam isi nasihat itu. Jadi ia serius dalam memberi nasihat.
 Yang menasehati harus merasa prihatin terhadap nasib orang yang di nasihati.
 Yang menasihati harus ikhlas, artinya lepas dari kepentingan pribadi secara duniawi.
g) metode targhib dan tarhib
targhib ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai bujukan. Targhib ialah ancaman karna dosa yang dilakukan. Tujuan keduanya yaitu agar aorang mematuhi aturan Allah.
a. Targhib dan tarhib lebih teguh karna akarnya berada dilangit, teori hukuman dan ganjaran hanya bersandar sesuatu yang duniawi.
b. Secara oprasional, targhib dan tarhib lebih mudah dilaksanakan adari pada metode hukuman dan ganjaran.
c. Dipihak lain targhib dan tarhib lebih lemah daripada hukuman dan ganjaran lebih nyata dan langsung waktu itu juga









DAFTAR PUSTAKA

Hasan Langgulung. 1985. Pendidikan dan Peradaban Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna
Ibnu Mustahfa. 1993. Keluarga Islam Menyongsong Abad 21. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Abdurrahman Saleh Abdullah. 1994. Pendidikan Berdasarkan Al-Quran. Jakarta: Rineka Cipta
Muhaimin, Pemikiran PendidikanIslam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya, Bandung:Trigenda Karya, 1993.
http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2009/01/16/pendidikan-dalam-keluarga/
http://www.andwimaretta.co.cc/














BAB III
SIMPULAN
Dari pemaparan diatas mengenai pedidikan tauhid dikeluarga dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pendidikan berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran). Pendidikan dalam konteks Islam menggunakan term sepertiat-Tarbiyah, at-Ta’lim dan at-Ta’dib mempunyai arti mengasuh, menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membuat, membesarkan dan menjinakkan. Hanya saja dalam konteks al-Isra maknaat-Tarbiyah sedikit lebih luas mencakup aspek jasmani dan rohani,sedangkan dalam surat asy-Syura hanya menyangkut aspek jasmani saja.
2. Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran
a. Hubungan fitrah manusia dengan proses pendidikan
b. Hubungan Fitrah dengan agama
3. Metode Pembinaan Rasa Beragama
a. Metode hiwar Qurani dan nabawi
b. Metode kisah Qurani dan nabawi
c. Metode amstal (perumpamaan)
d. Metode teladan
e. Metode pembiasaan
f. Metode ibrah dan mau’izah
g. Metode targhib dan tarhib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar